kompetensi agama islam, x smk namira, kopetensi agama islam

SHALAT

Shalat merupakan sarana penghubung antara seorang hamba dengan penciptanya. Dijadikan sejuk kedua mata ini dengan shalat. Apabila Rasulullah SAW menghadapi perkara-perkara yang berat, beliau SAW menghadap kepada Allah SWT dan mendririkan shalat. Rasulullah SAW sering mengatakan kepada Sahabat Bilal bin Rabah ra: ”Arihni biha ya bilal.” yang artinya senangkanlah aku dengan mendengarkan suara adzan, Wahai Bilal. Namun sayangnya manusia zaman sekarang banyak yang tidak memahami apakah maksud faedah mendirikan shalat.



Kita umat Nabi Muhammad SAW dengan hanya dua raka’at saja sudah diberi balasan pahala yang begitu besar oleh Allah SWT. Shalat merupakan tiang agama. Perintah shalat merupakan perintah teragung dalam risalah kenabian Nabi Muhammad SAW. Shalat merupakan perintah terbesar diantara perintah yang lainnnya. Perintah shalat ini merupakan kekhususan bagi umat Nabi Muhammad SAW.


Semua perintah Allah SAW kepada Nabi Muhammad SAW diterima melalui perantara Malaikat Jibril as, namun perintah yang satu ini lain dari pada yang lainnya. Nabi Muhammad SAW dipanggil langsung kehadirat Allah SWT melalui mi’raj untuk mendapatkan perintah shalat lima waktu. Inilah yang menjadikan perintah shalat ini begitu agung dan istimewa. Bayangkan…bertemunya antara makhluk yang sangat dicintai oleh penciptanya dengan Sang Pencipta.


Hendaknya kita memperhatikan shalat kita, khusyu’ dalam shalat merupakan kunci kesempurnaan dan gambaran dzahir diterimanya shalat kita. Shalat yang tidak khusyu’ digambarkan seperti jasad tanpa ruh bayangkan, jikalau ada seseorang yang memberikan hadiah kepada seorang raja atau kepada seorang pembesar, namun yang kita berikan adalah seorang hamba sahaya yang tanpa ruh (sudah mati). Pasti kita akan dicaci –maki, bahkan dihukum oleh raja atau si pembesar itu, karena kita telah menghadiahkan sebuah bangkai kepadanya.


Sedikitnya ada enam syarat untuk mendapatkan shalat khusyu’ :
 1. Dengan hati yang hadir. Maksudnya merasakan kehadiran hati ketika mengucapkan bacaan dalam shalat dan ketika melakukan gerakan dalam shalat.
2. Harus memahami makna-makna yang dibaca di dalam shalat.
3. Hendaknya mengerjakan dengan perasaan ta’dzim, penghormatan dan pengagungan terhadap yang sedang kita hadapi, yaitu Allah SWT.
4. Harus memiliki rasa takut terhadap yang sedang kita hadapi, yaitu Tuhan Semesta Alam.
5. Memiliki pengharapan dengan sungguh-sungguh, bahwa shalat yang kita kerjakan, akan diterima oleh Allah SWT

   6. Memiliki perasaan malu terhadap Allah SWT, karena kita merupakan makhluk yang penuh kekurangan di sisi-Nya
 
1. حديث : رجب شهر الله, وشعبان شهري, ورمضان شهر أمتى. فمن صام من رجب يومين. فله من الأجر ضعفان, ووزن كل ضعف مثل جبال الدنيا, ثم ذكر أجر من صام أربعة أيام, ومن صام ستة أيام, ثم سبعة أيام ثم ثمانية أيام, ثم هكذا: إلى خمسة عشر يوما منه.
Artinya : “Rajab adalah bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam), sedangkan Ramadhan bulan ummat Saya. Barang siapa berpuasa di bulan Rajab dua hari, baginya pahala dua kali lipat, timbangan setiap lipatan itu sama dengan gunung gunung yang ada di dunia, kemudian disebutkan pahala bagi orang yang berpuasa empat hari, enam hari, tujuah hari, delapan hari, dan seterusnya, sampai disebutkan ganjaran bagi orang berpuasa lima belas hari.

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِأَبِي الْعَاصِ ابْنِ رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِشَمْسٍ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا[1]
Diriwayatkan dari Abu Qatadah r.a ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w pernah Shalat sambil menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah SAW. (Menurut keterangan ayahnya bernama Abu al-As bin Rabi'ah), ketika Rasulullah berdiri, Umamah digendongnya dan ketika Rasulullah sujud, Umamah akan diturunkannya (HR. Buhkari)